Ibu pertiwi harus bangga memiliki seorang puteri yang telah beberapa kali mampu mengibarkan sang Merah Putih di puncak tertinggi dunia dan mengumandangkan Lagu Indonesia Raya di dunia Internasional. Lewat sektor olahraga kebanggan negeri ini, Bulutangkis, Liliyana Natsir sudah pernah membanggakan negeri ini dengan menujarai All England, menjadi Juara Dunia dan meraih medali perak Olimpiade. Dia mebuktikan bahwa untuk menjadi seorang juara diperlukan perjuangan tanpa henti dan pengorbanan. Kisah suskses terakhirnya adalah dengan menjadi Juara All England untuk kedua kalinya secara beruntun.
Liliyana Natsir bersama Tontowi Ahmad menjuarai All England untuk kedua kalinya.
Lagu Garuda di Dadaku membahana di National Indoor Arena,
Birmingham, Inggris, Kamis (10/3/2013) lalu meski hanya sejumlah kecil
suporter Indonesia di bangku penonton All England Superseries Premier
yang melantunkannya. Para pendukung juga mengangkat bendera Merah
Putih tinggi-tinggi setelah pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir
memastikan kemenangan mereka atas pasangan China, Zhang Nan/Zhao Yunlei,
dua game langsung 21-13, 21-17 dalam kejuaraan klasik itu.
Tontowi
langsung mengucap syukur sementara Liliyana melompat girang sambil
mengepalkan tangan ke udara beberapa kali. Liliyana merasa tidak percaya
dia dan Tontowi bisa kembali meraih gelar dalam turnamen itu.
"Masa
sih dua kali beruntun. Padahal semuanya mengincar kami yang juara
bertahan," tutur Liliyana menggambarkan perasaannya saat itu.
Tahun
lalu, anak asuhan Richard Mainaky itu juga mencatat sejarah karena
berhasil merebut kembali gelar ganda campuran bagi Indonesia di ajang
All England, sejak pasangan Christian Hadinata/Imelda Wigoeno
mendapatkannya pada tahun 1979.
Dengan mata berkaca-kaca Liliyana
mempersembahkan kemenangannya untuk keluarga yang selalu mendukung dia,
serta sang pelatih yang terus menggemblengnya sejak masih berpasangan
dengan Novi Widianto.
"Untuk keluarga yang selalu support,
untuk pelatih yang tidak bosan-bosan mengingatkan. Semoga dengan
prestasi ini bisa lebih percaya diri," ujar Liliyana usai acara
penyambutan kepulangannya dari Inggris di Terminal II Bandara
Soekarno-Hatta, Rabu (20/3).
Anak Mama
Mata
Liliyana, yang akrab disapa Butet, kembali berkaca-kaca saat sang
ibunda, Jin Chen, menghampiri dia. "Ini mama saya," ujar Butet, yang
wajahnya lantas berubah sumringah.
Butet kemudian memeluk erat mamanya, yang khusus datang dari Manado, Sulawesi Utara, untuk menyambut kepulangan putrinya.
Liliyana
memang dikenal begitu lengket dengan mamanya. Bahkan, saat memutuskan
merantau ke Jakarta pada usia 12 tahun untuk bergabung dengan klub PB
Tangkas, Liliyana masih ditemani mamanya hingga tiga bulan.
"Saya sampai kos (indekos) dekat Tangkas," ujar Jin Chen.
Jin
Chen tak pernah lepas memantau Adek, panggilan sayangnya untuk
Liliyana. Dia selalu menemani Liliyana pada masa awal sang anak masuk
asrama PB Tangkas.
"Tante selalu urus dia sendiri dari bayi
sampai besar. Bahkan, dia dan kakaknya selalu tante suapin setiap makan,
baju disiapkan, benar-benar tergantung sama tante," kenang Jin Chen.
Dia
baru berpisah dengan putrinya saat Liliyana menyatakan ingin serius
mendalami bulu tangkis. Jin Chen lantas kembali ke Manado untuk mengurus
bisnis onderdil dan bengkel yang dijalankan bersama suaminya, Benno
Natsir.
"Saat saya mau pulang dia nangis-nangis di asrama karena
tidak mau pisah dengan tante. Tetapi tante ajak pulang pun dia tidak mau
jo. Dia minta tante tinggal di Jakarta, biar kakaknya di Manado diurus
papanya," ujar Jin Chen dengan logat Manado.
Sejak itulah Liliyana dipanggil Butet, si bungsu yang suka menangis dan tidak bisa lepas dari mamanya.
"Dahulu
temannya orang Batak bilang kalau di kampungnya, seperti Liliyana ini
dipanggilnya Butet. Akhirnya malah keterusan," kata Jin Chen, lalu
tertawa.
Kini Jin Chen bisa tertawa mengenang pengorbanannya saat
itu. Kadang dia masih tak percaya anaknya bisa menjadi atlet bulu
tangkis berprestasi yang kerap mengharumkan nama bangsa di kancah
Internasional.
"Semua pengorbanannya, jauh dari orangtua,
nangis-nangis, sekarang terhapus. Saya bilang sama dia kalau saya senang
Adek sukses di olahraga," ujarnya.
Bakat Olahraga
Liliyana
tidak lahir dari keluarga atlet. Akan tetapi, sejak kecil dia punya
bakat di bidang olahraga. Di sekolahnya, dahulu dia juga dikenal jago
bermain basket.
Kegemaran keluarga bermain bulu tangkis membuat
perempuan kelahiran 9 September 1985 itu tertarik dengan olahraga
tersebut. Ayahnya, Benno Natsir, mengarahkan Liliyana sampai dia
bergabung dengan klub bulu tangkis lokal, Pisok, pada usia sembilan
tahun.
Setelah Liliyana menjadi atlet besar pun, Benno masih sering mengarahkan putri bungsunya bertanding.
"Papanya
suka mengarahkan, kasih tahu kelemahan lawan-lawannya dan harus
bagaimana," kata Jin Chen, yang fasih menyebut deretan lawan Liliyana
dan istilah-istilah bulu tangkis.
"Sampai sekarang kami selalu
pantau dan terus memotivasi dia. Dia itu maunya juara. Kalau kalah
selalu bilang ke saya, ’saya mau balas dia, Ma’. Lalu saya memotivasinya
kalau mau balas harus lebih giat berlatih," kata dia.
Kini
segudang prestasi telah Liliyana raih. Sebelum berpasangan dengan
Tontowi, Liliyana pernah menjadi pemain ganda campuran nomor satu
Indonesia bersama Nova Widianto. Bersama Nova, dia meraih gelar juara
dalam Kejuaraan Dunia BWF pada tahun 2005 dan 2007 serta berbagai
prestasi bergengsi lainnya.
Ia juga pernah bermain di nomor ganda
putri bersama rekannya Vita Marissa (2007-2008) dan meraih prestasi
membanggakan seperti juara Indonesia Terbuka 2008 dan China Masters
2007. Selanjutnya, Liliyana ingin meraih kembali gelar Kejuaraan
Dunia bersama Tontowi Ahmad. "Kalau sama dia kan belum dapat," katanya.
Sementara sang mama, yang berada tepat di sebelah Liliyana, cuma ingin putrinya segera memiliki kekasih.
"Lily cepat punya pacar," lontarnya dan tertawa.
"Itu
pasti dipikirkan, tetapi berjalannya waktu saja karena peraturan PBSI
ketat. Nanti inginnya setelah Olimpiade lagi," jawab Liliyana, yang
disambut riuh oleh para wartawan.
Sumber : olahraga.kompas.com