Thursday, March 8, 2012

Sebuah Awal : Sarang Laba-Laba, Debu dan Udara Pengap

Keheningan malam mencoba untuk saling berbisik di luar sana, keramaian seakan meninggalkannya mengikuti aturan fungsi waktu. Deru kipas angin yang sudah lama tidak di servis mengiringi malam ini. Dalam kondisi keheningan ini saya mencoba membakar kembali api semangat menulis yang sudah lama padam, seperti suatu hasil pembakaran yang tidak sempurna dimana residu zat padat yang tersisa menghambat semangat untuk menulis ini selama lebih dari satu tahun lamanya. Tapi, malam ini semua itu akan berubah menjadi awal yang baru. Blog ini seakan menyapa saya kembali dengan semua pesona klasiknya untuk menawarkan diri menjadi tempat berbagi cerita dan curahan pikiran saya. Saya pun meresponya dengan prinsip transistor dimana sedikit pemicu aris listrik pada kolektor semangat akan mengelairkan arus pada basis semangat utama ke emitter semangat yang telah lama terputus untuk kembali mendapatkan potensial gairah menulis. Teman semu yang sudah lama tidak bersua kini akan menjadi pendamping sebuah perjalanan penuh tantangan. Setiap tantangan yang akan dipenuhi misteri. Ya, sudah lama saya tidak menulis lagi di blog yang sudah dipenuhi sarang laba-laba, debu dan udara pengap ini. Tapi di waktu yang bersamaan dengan tarian jemari tangan ini saya akan membersihkan semua sarang laba-laba, debu dan udara pengap itu untuk menjadi tempat yang nyaman bagi semua pembaca. Sebuah awal baru tapi lama dari era menulis. Take it to the next level !.

Untuk mengawali rangkaian tulisan yang ada, saya akan memulai dari kekhawatiran saya tentang perkembangan teknologi di negari tercinta ini. Bersandar pada konsep bahwa negara yang maju adalah negara yang memperhatikan perkembangan teknologinya, kita tidak bisa membohongi diri bahwasanya perkembangan teknologi dan kemajuan suatu negara akan membetuk suatu grafik linear. Dalam artian semakin berkembang teknologi di suatu negara, maka potensi negara tersebut untuk maju juga akan membesar. Semua sektor membutuhkan teknologi sebagai bagian fundamentalnya. Tetapi sayangnya realita kondisi perkembangan teknologi yang ada di negeri ini pun pada akhirnya menghasilkan suatu kegelisahan. SEBUAH GELISAH TENTANG TEKNOLOGI. Dengan referensi dari seorang pemerhati SDM bernama Adriano Rusfi saya coba mengupas lebih dalam tentang kegelisahan ini pada trilogi tulisan selanjutnya.

“Teknologi itu ibarat senjata. Dia akan menjadi penyelamat ketika berada di tangan yang benar. Tetapi dia akan menjadi penghancur ketika berada di tangan yang salah. Tabiat adalah hati dari teknologi. Teknologi dengan tabiat buruk adalah kejahatan. Teknologi dengan tabiat baik juga merupakan kejahatan, ketika nilai-niali mulia dari tabiat baik itu hanya tersimpan dikepala tanpa impelementasi nyata”.

No comments:

Post a Comment