Optimalisasi Penggunaan Sepeda
Kuning Untuk Alternatif Transportasi Sebagai
Upaya Mengurangi Pemakaian Kendaraan Bermotor di Lingkungan Kampus Universitas
Indonesia
Transportasi
umum merupakan sektor penting di lingkungan kampus Universitas Indonesia (UI)
karena wilayahnya yang cukup luas dan fakultas-fakultas
di UI terletak berjauhan. Terdapat tiga jenis transportasi umum di UI yakni bus
kuning, sepeda kuning dan ojek kuning. Bus kuning merupakan pilihan utama untuk
transportasi umum di UI karena kapasitasnya yang besar, gratis, armada yang
banyak dan nyaman diakibatkan ber-AC. Sayangnya berdasarkan survey yang kami
lakukan di beberapa halte UI terdapat ketidaktepatan waktu dari kedatangan bus
kuning. Mahasiswa pengguna bus kuning mengatakan bahwa mereka bisa menunggu
sampai 45 menit, tetapi kadang-kadang terdapat 2 bus kuning yang datang
bersamaan. Diakibatkan jadwal bus kuning yang tidak konsisten dan tuntutan
ketepatan waktu untuk mengikuti kuliah maka mahasiswa-mahasiswa dipaksa memilih
di antara dua transportasi umum, yakni ojek kuning dan sepeda kuning.
Berdasarkan
data 3 bulan terakhir yang kami dapat dari sampel ojek kuning dan PT. Ikoda
Wahyu Pranata yang bertanggung jawab dalam peminjaman sepeda kuning kepada mahasiswa
maka dapat disimpulkan 92% dari mahasiswa UI lebih memilih menggunakan ojek
kuning daripada sepeda kuning. Hasil 92% didapatkan dari sampel ojek kuning di
berbagai pangkalan ojek UI yang menyatakan mereka rata-rata sehari mendapat 10
orderan untuk hari kuliah yang menghabiskan premium Rp 10.000,00 (berarti rata-rata
setiap orang menghabiskan Rp 1.000,00) dan jumlah ojek di UI berjumlah sekitar
500 unit sehingga setiap hari pengguna ojek kuning berkisar 5000 orang. Apabila
dibandingkan dengan data dari PT. Ikoda Wahyu Pranata yang kami hitung maka didapatkan
rata-rata pengguna sepeda kuning setiap hari kuliah selama bulan Januari dan
Februari 2012 adalah 450 orang, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 1.
Walaupun biaya menggunakan ojek kuning terbilang relatif mahal untuk kalangan
mahasiswa (Berkisar Rp 5000,00 untuk perjalanan jauh atau dekat) dibandingkan sepeda
kuning yang gratis tetapi perbedaan utama yang menyebabkan ojek kuning
cenderung dipilih adalah dalam hal kenyamanan.
Hasil
survey yang kami lakukan di halte Fakultas Teknik UI menunjukkan bahwa
mahasiswa lebih memiih menggunakan ojek kuning daripada sepeda kuning. Hal ini
dikarenakan pengguna ojek kuning tidak begitu merasakan pergantian cuaca di UI.
Tetapi tidak begitu halnya dengan pengguna sepeda kuning, walaupun sama-sama
tersengat matahari tetapi waktu tempuh untuk mencapai tujuan lah yang
membedakannya sehingga lamanya sengatan matahari yang diterima pengguna sepeda
kuning lebih banyak daripada ojek kuning. Akibatnya pemakaian kendaraan
bermotor di dalam kampus UI menjadi meningkat sebagai dampak jadwal bus kuning
yang tidak konsisten yang berarti juga meningkatnya konsumsi terhadap bahan
bakar minyak, sehingga terdapat pemborosan energi dalam bentuk pemakaian BBM
sebagai akibat dari cuaca panas.
Kami
mencoba menerapkan konsep “go green”
baru dalam rangka tindakan konservasi energi BBM tersebut. Konsep kami adalah
membangun kanopi yang tidak tembus cahaya matahari di sepanjang jalur sepeda
kuning yang bertujuan agar semua pengguna sepeda kuning tidak tersengat cahaya
matahari dan tidak terkena air hujan saat menggunakan sepeda kuning. Dengan
melakukan wawancara terhadap beberapa sampel mahasiswa di berbagai fakultas
pada tanggal 3 April 2012, kami mendapatkan hasil bahwa 60% dari sampel
mahasiswa berkomitmen menggunakan sepeda kuning dibandingkan ojek kuning jika
konsep ini diterapkan kedepannya. Prediksi kami jika 60% pengguna ojek kuning
(sekitar 3000 orang) beralih menggunakan sepeda kuning, maka yang awalnya
setiap orang memakai premium sebesar Rp 1.000,00 dengan jumlah 3000 orang kita bisa
menghemat premium sebesar Rp 3.000.000 per hari atau apabila dibagi dengan
harga premium sekarang yang sebesar Rp 4.500,00 per liter maka di lingkungan
kampus UI dapat dihemat premium sebanyak 670 liter per hari.
“Energy conservation is not about minimizing the
energy utilization, but it is about how to threat energy wisely. We can
initiate energy conservation by establishing the national energy security to
face the world’s toughest energy challenge”
No comments:
Post a Comment