Perubahan
variasi sifat material dapat ditinjau sebagai gambaran umum dari hubungan
antara sifat kimia dengan sensor. Masa dan kecepatan adalah sifat yang penting
untuk sensor piezoelektrik. Oleh karena itu microbalances
dan microviscometers, menggunakan
kristal piezoelektrik, dinyatakan sebagai suatu sistem sensor. Kompresi dari
suatu kristal quartz menghasilkan
suatu potensial listrik. Satu prinsip yang dapat meninjau efek ini untuk
membangkitkan gelombang akustik pada bendap padat dengan mengaplikasikan
potensial listrik bolak-balik ke suatu material piezoelektrik ditunjukkan pada
gambar 1. Gelombang akustik, khususnya frekuensi dan resonant resistance, sangat dipengaruhi oleh kondisi batas yang
dibentuk oleh dimensi fisik dari alat dan oleh sifat fisik dari material disepanjang
lintasan gelombang.
Gambar 1. Prinsip kerja
sensor piezoelektrik
Sensor
piezoelektrik adalah peralatan elektronik pasif berfase padat (solid-state) yang dapat merespon
perubahan temperature, tekanan, dan yang paling penting merespon sifat fisik (physical properties) pada suatu interface antara permukaan alat dan fluida atau
padatan asing. Perubahan pada sifat fisik antara lain seperti masa jenis,
kelistrikan, viskositas, dan ketebalan lapisan. Sensor piezoelektrik beroperasi
dengan mengobservasi penyebaran dari suatu gelombang akustik melalui solid-state device. Deteksi sensor
dilakukan dengan meninjau korelasi variasi penyebaran gelombang akustik ke
sejumlah perekam analyte pada
permukaan dan kemudian ke konsentrasi analyte
di dalam sampel yang tertangkap sensor atau dikorelasikan dengan perubahan pada
sifat fisik dari interfacial thin films.
Piezoelektrisitas
adalah sebuah fenomena saat sebuah gaya yang diterapkan pada suatu segmen bahan
menimbulkan muatan listrik pada permukaan segmen tersebut. Sumber fenomena ini
adalah adanya distribusi muatan listrik pada sel sel kristal. Nilai koefisien
muatan piezoelektrik berada pada rentang 1 – 100 pico coloumb/Newton. Pada kesempatan ini kelompok kami akan mencoba
menjelaskan mengenai piezo sensor yaitu “Vibration
Sensor” Piezoelektrik.
Gambar 2. Piezo Vibration Sensor
Sensor pada
gambar 2 dirancang dengan bahan yang disebut PVDF (Polyvinylidene
Fluoride) film / plastik polymer dan conductive rubber sebagai bahan utama sensor untuk pengukuran
beban, tegangan, regangan ataupun deformasi dari suatu struktur. Sedangkan
bahan-bahan lain yang digunakan untuk sensor piezoelectric ini
adalah kristal turmalin, kuarsa, ratna cempaka, dan garam rossel, karena dengan
kemampuan bahan-bahan tertentu tersebut dapat menghasilkan sebuah
potensial listrik saat bahan-bahan itu dipanaskan atau didinginkan, serta
sensor ini memiliki ukuran dan bentuk sangat fleksibel, dengan kata lain dapat
dibuat sesuai dengan kebutuhan.
Salah satu kelemahan dari sensor
piezoelektrik adalah sensor tersebut tidak dapat digunakan untuk pengukuran
yang benar-benar statis. Sebuah gaya statis akan menghasilkan jumlah nilai yang
tetap pada bahan piezoelektrik. Ketika bekerja dengan pembacaan elektronik
konvensional, bahan isolasi tidak sempurna dan pengurangan dari perlawanan
sensor internal akan berakibat pada hilangnya konstan elektron serta
menghasilkan penurunan sinyal. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan tambahan
dalam resistansi internal dan sensitivitas. Efek utama pada efek piezoelektrik
adalah dengan meningkatnya beban tekanan dan suhu, sensitivitas berkurang
karena twin-formation. Sementara
sensor kuarsa perlu didinginkan selama pengukuran pada suhu di atas 300 ° C,
jenis khusus dari kristal seperti fosfat galium (GaPO4) tidak menunjukkan
formasi kembar sampai titik leleh bahan itu sendiri.
Mekanisme
Sifat efek piezoelektrik berkaitan erat
dengan terjadinya momen dipol listrik dalam padatan. Efek tersebut juga dapat
dirangsang untuk ion di situs kisi kristal dengan lingkungan yang asimetris
(seperti dalam BaTiO3 dan PZTs) atau langsung dapat dilakukan oleh
kelompok-kelompok molekul tertentu. Kepadatan dipol atau polarisasi (cm/m3)
dengan mudah dapat dihitung untuk kristal dengan menjumlahkan momen dipol per
volume sel satuan kristal. Dipol yang dekat satu sama lain cenderung berpihak
di daerah yang disebut Weiss domain. Domain biasanya berorientasi acak, tetapi
dapat disejajarkan selama poling (tidak sama dengan poling magnet), yaitu proses
dimana suatu medan listrik yang kuat diterapkan di seluruh material, biasanya
pada suhu yang tinggi.
Penting untuk menentukan efek piezoelektrik
adalah karena perubahan polarisasi yang terjadi sebagai akibat dari pembebanan
(stress) mekanik. Piezoelektrik tidak
disebabkan oleh perubahan densitas muatan di permukaan, tetapi dengan kepadatan
dipol dalam bulk. Misalnya, 1 cm3 kubus kuarsa dengan 2 kN (500 lbf)
gaya diberikan dapat menghasilkan tegangan 12.500 V. Bahan piezoelektrik juga
menunjukkan efek sebaliknya. Disebut efek piezoelektrik dimana aplikasi dari
suatu medan listrik menciptakan deformasi mekanik dalam kristal.
Sensor
piezoelektrik memiliki 2 jenis bahan, yaitu PVDF dan Copolymer (Keramik). Berikut
adalah perbedaan antara kedua bahan tersebut :
Tabel 1. Perbedaan
antara dua jenis bahan penyusun sensor piezoelektrik.
- Aplikasi
Aplikasi
terkini dari sensor piezoelektrik yang juga sedang dikembangkan oleh Departemen
Teknik Mesin Universitas Indonesia adalah penggunaan sensor piezoelektrik untuk
menentukan lokasi kerusakan dini pada komponen mesin melalui analisa penjalaran
gelombang tegangan (emisi akustik). Aplikasi ini lebih lanjut akan dapat
mengatasi permasalahan menentukan kerusakan dini pada komponen mesin melalui
pelacakan terhadap gelombang emisi akustik (Acoustic
Emission = AE) yang berasal dari terlepasnya energi dalam karena
disintegrasi struktur komponen mesin tersebut akibat kegagalan mikroskopik yang
terjadi. Kerusakan dini adalah terjadinya kegagalan sangat awal pada struktur
komponen mesin yang merupakan cikal bakal inisiasi kerusakan.
Pada saat terjadi disintegrasi antara butir butir
material satu komponen mesin yang pejal, maka akan terlepas energi dalam bentuk
penjalaran tegangan berupa gelombang AE ke segala arah dalam material pejal
tersebut. Fenomena disintegrasi ini telah diterangkan sebagai terjadinya asal
dari inisiasi kerusakan yang kemudian akan berkembang sebagai pertumbuhan
retakan mikroskopik sampai pada akhirnya menjadi kerusakan dari komponen mesin
tersebut. Selanjutnya dengan memahami karakteristik penjalaran gelombang emisi
akustik ke segala arah didalam material pejal komponen mesin, maka dengan menggunakan
beberapa buah sensor deteksi vibrasi piezoelektrik dapat dilakukan penangkapan gelombang tersebut dari
beberapa titik pengukuran atau
observasi. Dengan teknik semacam global
positioning system terhadap sinyal gelombang emisi akustik yang ditangkap di
tempat berbeda secara simultan, maka dapat ditentukan lokasi kerusakan dini
dengan akurasi yang cukup memadai.
Skema rangkaian instalasi sensor
piezoelektrik jenis piezoceramic pada benda uji berupa material dengan bentuk
pelat
thanks
ReplyDelete